BERKUNJUNG KE PULAU PENYENGAT

Pada 28 Februari 2021, tepatnya pada hari Ahad, mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) STAIN Sultan Abdurrahman Kepri, berkunjung ke Pulau Penyengat. Rombongan berjumlah 7 orang yang merupakan mahasiswa semester II itu mengadakan rihlah dengan tema “Menjelajah Pulau Penyengat guna Mempererat Tali Silaturahmi”. Perjalanan dimulai pukul 09.00 WIB dengan kapal kayu yang dinamakan pompong.

Setelah tiba di sana, tempat yang pertama kali dikunjungi adalah Istana Kantor. Istana seluas kurang lebih satu hektare ini juga kerap disebut Marhum Kantor. Antara 1844 hingga 1857, Istana Kantor menjadi tempat tinggal Raja Ali beserta kerabatnya. Bangunan ini dibangun dengan tembok yang megah dengan tiga pintu masuk dari arah barat, utara dan timur. Selain itu, di luar Istana Kantor terdapat gapura yang berfungsi sebagai titik penjagaan dan pengintaian.

Setelah dari Istana Kantor, dengan berjalan kaki, rombongan menuju Balai Adat Melayu Indera Perkasa. “Bangunan kokoh ini merupakan replika yang sudah berdiri sejak tahun 1985 M”, ujar Heriawan salah satu penjaga di balai adat. Sejak dulu, Balai Adat digunakan untuk acara penting yang bersifat formal. Meskipun begitu, masyarakat tetap dapat berkunjung ke sini. Bagian dalam bangunan kokoh ini pun tak kalah menakjubkan. Terdapat pajangan foto di dinding yang merupakan para Sultan yang pernah memimpin pada zaman dahulu. Selain itu, terdapat pula panggung pelaminan dan pakaian adat yang dapat disewa. Biaya sewa baju adat tersebut sangat bersahabat dan terjangkau bagi kalangan mahasiswa maupun masyarakat, yaitu dengan harga Rp. 25.000.

Selesai dari Balai Adat, kami beristirahat sebentar dan makan siang. Kemudian melanjutkan ke Masjid Penyengat karena waktu Zuhur segera masuk. Nama masjid tersebut ialah Masjid Raya Sultan Riau. “Masjid dengan warna khas melayu tersebut memiliki kubah yang unik seperti bentuk bawang dengan jumlah 13, dan 4 buah menara yang terletak tiap sudut ruang yang berbentuk runcing seperti pensil. Jika kubah dan menara dijumlahkan, maka hasilnya adalah 17, yang maknanya adalah melambangkan jumlah rakaat sholat fardhu”, ungkap Hambali, salah satu marbot Masjid Raya Sultan Riau.

Setelah selesai sholat, perjalanan dilanjutkan ke Bukit Kursi. Meskipun jalan menuju ke sana menanjak, itu tidak mematahkan semangat. Setelah sampai di Bukit Kursi, kami disambut pemandangan yang menawan, dengan hamparan laut bewarna biru jernih serta bukit-bukit yang menyegarkan mata. Selain itu, di Bukit Kursi juga terdapat sejumlah meriam. Dulunya, Bukit Kursi merupakan benteng pertahanan dari serangan musuh karena letaknya yang strategis. Meriam tersebut didatangkan langsung dari Eropa yang berjumlah sebanyak 80 meriam.

Setelah berkunjung ke Istana Kantor, Balai Adat Melayu, Masjid Penyengat, dan Bukit kursi, kami menghentikan perjalanan ini dan memutuskan untuk kembali. Dengan adanya berkumpul dan berjalan bersama, kami mahasiswa KPI merasa semakin mengenal satu sama lain. Kesan yang yang sangat bermakna karena bisa berkumpul bersama secara langsung dan bersenang-senang bersama. Tidak hanya itu saja, kami juga mendapatkan ilmu dari kunjungan ke Pulau Penyengat.

foto bersama
Rombongan berfoto bersama dengan latar belakang Masjid Sultan Riau

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *